Tampilkan postingan dengan label Komunikasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Komunikasi. Tampilkan semua postingan

JURNAL SKRIPSI (Analisis Industri Televisi Lokal Swasta Jawa Timur (Aplikasi Pendekatan “Structure Conduct Performance” Dalam Industri Televisi Swasta Lokal “TV9” Surabaya )

 

Analisis Industri Televisi Lokal Swasta Jawa Timur

(Aplikasi Pendekatan “Structure Conduct Performance” Dalam Industri Televisi Swasta Lokal “TV9” Surabaya )

*Badrus Sholeh 2014

Based on the findings and analysis of the data from the study titled Analysis of Local Television Industry Private East Java (Application Approach "Structure Conduct Performance" In Private Local Television Industry "TV9" Surabaya) it can be concluded that the economic structure of oligopoly behavior TV9 is no possibility of increasing profits premises the presence of advertising, and inefficient performance. Then in terms of the political economy of the media can be concluded that the media as an institution centered on the issue of market exchange where individuals as consumers have the freedom to choose the commodities that are competing based on the satisfaction of the benefits being offered. The larger the market forces play a role, the greater the freedom of consumers to make their choice.

 

Pendahuluan

Televisi telah membawa dampak yang besar bagi umat manusia. Televisi menyampaikan berbagai informasi, pesan-pesan dengan sangat cepat sampai ke khalayak pemirsa. Kelebihan televisi bersifat audio visual. Kelebihan lainnya adalah televisi dapat menyajikan siaran secara langsung (Live Broadcasting) pada waktu yang bersamaan. Pemirsa terpaksa menerima apa saja yang disajikan oleh televisi. Baik dalam bentuk berita, pendidikan, hiburan maupun iklan.

Peran media massa televisi sebagai media massa memiliki fungsi komunikasi massa yaitu fungsi mendidik (to educate), fungsi memberikan informasi (to inform), menghibur (to entertain) termasuk fungsi mempengaruhi (to persuade). (Adi,2010:1)

Pesatnya pertumbuhan dan kecendrungan masa depan industri televisi di indonesia, terutama dengan lahirnya banyak Stasiun Televisi Swasta Lokal di daerah (Surabaya), menjanjikan banyak harapan. Harapan bukan hanya pada pertumbuhan usaha di bidang televisi itu sendiri, melainkan yang tidak kalah pentingnya adalah dampak positif dari hadirnya TV Lokal, seperti berkembangnya kehidupan sosial, budaya dan politik serta ekonomi daerah yang tentu akan bermuara kemajuan masyarakat daerah dan seterusnya.

Perkembangan pertelivisian nasional di Indonesia dimulai sejak pemerintah membuka TVRI yang pada waktu itu merupakan satu-satunya stasiun televisi bertaraf nasional di Indonesia. Baru kemudian pada tahun 1989 lahirlah RCTI sebagai stasiun televisi swasta nasional pertama di Indonesia dan disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI. Bahkan menjelang tahun 2000, secara serentak telah mengudara lima stasiun televisi swasta baru, yaitu Metro, Trans, TV7, Lativi, dan Global. Kemudian setelah undang-undang penyiaran disahkan oleh pemerintah pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya didaerah. Terhitung sepuluh stasiun televisi swasta nasional dan puluhan stasiun televisi swasta lokal telah hadir ditengah masyarakat, belum lagi televisi berlangganan dan televisi komunitas (Morisan,2008:10).

Kondisi ini lah yang semakin memicu iklim komersial di industri media televisi. Hal ini mendorong media televisi bekerja lebih keras dalam membuat suatu program yang kreatif dan inovatif, sehingga memiliki daya tarik yang tinggi terhadap audiensnya. Bukan hanya dalam segi programnya saja, tapi mereka para pelaku industri  media televisi telah bergabung menjadi sebuah group yang di kenal dengan sebutan konglomerasi media, seperti yang di lakukan oleh beberapa stasiun televisi di antaranya yaitu Tpi dan Global TV serta Rcti menjadi Mnc Group, Trans Tv dan Trans 7 dibawah naungan Trans corp, dan lain sebagainya.

Industri media televisi, konglomerasi memiliki pengaruh yang cukup kuat, antara lain ditunjukkan melalui pola-pola kerjasama yang dibangun dalam struktur jaringan, sentralisasi sumber informasi dan distribusi, serta homogenisasi sistem keagenan dalam jaringan distribusi dan sirkulasi. Pengaruh konglomerasi tersebut pada akhirnya membentuk karakteristik media yang khas, menunjukkan output produk media dalam struktur pasar oligopoli.( Iwan Awaluddin Yusuf: http://bincangmedia.wordpress.com/2011/10/13/analisis-industri-pers-pendekatan-s-c-p/ Posted on 13 October 2011).

Televis menjadi alat untuk menyiarkan informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Informasi yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, pendidikan, agama dan bidang yang lainnya. Aspek pendidikan yang diinformasikan oleh media televisi, khususnya fungsi media yang kedua yaitu mendidik.

Fungsi yang kedua inilah yang sebenarnya diemban oleh stasiun televisi swasta lokal surabaya, yaitu TV9. TV9  dikelola oleh PT. Dakwah Inti Media adalah perusahaan yang dimiliki organisasi sosial keagamaan Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. TV9 telah memperoleh izin Tetap Penyelenggaraan Penyiaran dari Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia  tertanggal 23 Juli 2012 untuk melakukan siaran di kanal 42 sebagai lembaga penyiaran swasta di Surabaya Jawa Timur.

Ditengah sistem komersial yang terjadi, banyak stasiun televisi berlomba dalam mencari audience oriented untuk survive mereka, namun TV9 lebih memilih sistem dakwah dalam program-program siarannya yang lebih terarah pada segmen oriented, TV9 menunjukkan eksistensinya dalam hal mendidik (educate) masyarakat keseluruhan khususnya warga Nahdiyin untuk memahami lebih dalam Agama Islam (Ahlussunnah Wal Jama’ah).

Data ini terlihat dari beberapa program TV9 seperti, Kiswah, Shallu Alan Nabi, apa kata bu Nyai sebagai pilihan program siarannya. Selama 4 (empat) tahun program-program tersebut menjadi pilihan atas pemirsanya. Mereka menyadari bahwasanya masyarakat banyak yang sudah jenuh terhadap tayangan dari media maenstrem. Banyak masyarakat urban pada waktu liburan bukan mencari hiburan diluar, melainkan mencari hiburan dengan ziarah qubur sunan-sunan.

Masyarakat Surabaya khususnya Warga Nahdiyyin mereka selalu mengkonsumsi pemikiran dan budaya modern melalui stasiun televisi konvensional, sehingga para remaja saat ini sudah lupa dengan eksistensi agama islam, dari situasi inilah TV9 mengemban amanah untuk menyiarkan dakwah islami melalui media massa dengan menempuh jalan mendirikan stasiun televisi dakwah.

Teori struktur, perilaku, dan kinerja atau biasa disebut S-C-P (Structure-Conduct-Performance) (Scherer and Ross,1990:1), merupakan tiga pilar utama yang dapat digunakan untuk melihat kondisi struktur dan persaingan di dunia industri, termasuk pasar media massa. Struktur pasar media yang kepemilikannya terkonsentrasi, sebagaimana indikasi adanya konglomerasi yang terjadi dalam peta persaingan pers daerah di Indonesia, dalam praktiknya mempengaruhi perilaku perusahaan media yang secara bersama-sama menentukan kinerja sistem pasar media di tanah air ini, termasuk di daerah (Surabaya) Jawa Timur.

 Tiga kerangka analisis yang dapat menjelaskan berbagai sisi kerja bisnis industri media televisi. Ketiga kerangka tersebut sekaligus merupakan indikator yang cukup relevan untuk menilai karakteristik industri media televisi karena menyajikan informasi pokok terkait dengan keunikan operasi bisnis media massa televisi. Ketiga kerangka analisis yang dimaksud meliputi struktur ekonomi (structure), operasionalisasi perusahaan (conduct), dan kinerja perusahaan (performance). (Scherer and Ross,1990:2)

Teori S-C-P dalam penelitian ini diaplikasikan untuk memperoleh gambaran analisis organisasi industri, karena adanya hipotesis yang menyatakan bahwa performance atau keberadaan pasar (atau industri) dipengaruhi oleh perilaku perusahaan dalam pasar, sedangkan perusahaan dipengaruhi pula oleh berbagai variabel yang membentuk struktur pasar.

Kemudian teori S-C-P ini dikaitkan dengan pendekatan ekonomi politik media dengan menggunakan teori Komodifikasi, Spasialisasi. Agar dapat mengangkat lebih dalam fenomina-fenomina yang terjadi pada satasiun TV9.

Dari paparan latar belakang di atas penelitian mengenai struktur, prilaku, kinerja industri media televisi adalah hal yeng menarik untuk dilakukan. Mengingat kelebihan televisi yang bisa menghegemoni masyarakat luas, termasuk TV9 yang sudah tersegmen.

Structrure, Conduct, Performance dikaitkan dengan Komodifikasi dan Spasialisasi (Analisis Program Kiswah TV9 Surabaya).

Kiswah tampil apa adanya. Karena kiswah adalah potret pengajian rutin atau pengajian hari besar yang biasa digelar oleh masyarakat santri dan kalangan Nahdliyin. Beberapa televisi lokal mencoba untuk meng-copy konsepsi ini. Namun karena tidak memahami prinsip dasar dakwah sebagaimana prinsip yang dipakai TV9, maka acara turunan tersebut tak menemukan substansi dakwahnya.

Dalam mengembangkan program Kiswah, TV9 menggunakan konsep dasar para mubllaigh NU yang menjalankan dakwahnya dengan cara menghibur dan nyaman. TV9 menyebutnya sebagai Konsepsi Entertained Dakwah. Konsep ini berbeda dengan Dakwah Entertainment, dimana dakwah hanya digunakan sebagai tema dari konsep hiburan yang sudah disiapkan oleh stasiun televisi. Dengan kata lain, dakwah hanya sebagai konten untuk momentum tertentu sebagaimana ramadhan, idul fitri atau momen religi yang ada. Inilah yang terjadi pada Stasiun Televisi mainstream yang ada, sehingga menemui program tayangan Ramadhan di TV tersebut, justru bertentangan dengan substansi pesan Ramadhan yang seharusnya diusung dan disebarluaskan.

Sebaliknya Entertained Dakwah, menjadikan dakwah sebagai substansi. Hiburan adalah cara, metode dan strategi agar dakwah sampai pada kalbu dan laku masyarakat audiens. Bukankah hal ini yang dilakukan para kyai ketika sedang berdakwah. Humor, cerita lucu, ibarat, lagu, syi’ir atau aktivitas lain yang memancing tawa dan gembira adalah sekadar cara memahamkan masyarakat terhadap pesan dakwah yang sebenarnya sangat dalam dan padat. Kyai dan para wali dalam berdakwah lebih memilih menyederhanakan pesan agama menjadi sebuah paket yang mudah dipahami dan dilaksanakan di masyarakat.

Konsepsi Entertained dakwah pula yang digunakan oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf dalam menjalankan dakwah menyebar luaskan tradisi bershalawat kepada anak muda dengan qashidah yang luwes, menghibur, asyik, lebih gaul dan tidak terlalu banyak batasan sebagaimana dalam majlis shalawat pada umumnya. Fenomena Habib Syech dengan para penggemarnya yang menamakan diri sebagai Syechermania adalah bentuk lain dari dakwah yang dikemas secara menghibur ala ulama’ terdahulu sebagaimana Sunan Kalijaga dengan Pagelaran Wayang, dan seterusnya.

TV9 mencoba melakukan proses resonansi strategi dakwah dengan jalur kultural semacam ini yang sudah terbukti sukses di masa lalu. Di masa modern ini, Dakwah harus mampu memanfaatkan potensi kekuatan Budaya Populer (Popular Culture) yang kini masih digunakan untuk kepentingan misi sekuler. Berbeda zaman, berbeda strategi. Maka TV9 menggunakan prinsip ini untuk mengupdate strategi dakwah NU di era global ini.

TV9 mencoba menerapkan strategi ‘head to head’ yakni menabrakkan tayangan dakwah di jam sinetron dengan harapan, mengambil sekian persen (walau kecil) para pemirsa untuk melakukan channel switch dikala program tayangan sinetron sedang dalam posisi commercial break atau iklan. Maka disiapkanlah beberapa tayangan dakwah dengan fokus sasarannya adalah para pemirsa perempuan. Paket program itu adalah Kiswah Female dengan menampilkan beberapa performer yang familiar dan disukai kaum perempuan.

Strategi pertama adalah menampilkan para muballighah yang sudah akrab bagi muslimat fatayat dikalangan NU sebagaimana Nyai Hj. Ucik Nur Hidayati melalui program Apa Kata Bunyai. Bu Nyai asli Wonorejo, Pasuruan ini sangat populer di kalangan muslimat-fatayat (sebutan untuk sub segmen perempuan Nahdlatul Ulama), bahkan hingga berceramah diluar negeri sebagaimana Malaysia, Brunai, Hongkong dan China. Nyai Ucik (juga sering dipanggil Ning Ucik) bahkan telah ngetop sejak masih kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya dan sudah mengisi acara dakwah di Radio-Radio Surabaya di era 1980-1990an.

Daya tarik apa kata Bunyai, juga didukung dengan dihadirkan penonton di studio berasal dari majlis taklim, komunitas muslimat dan fatayat di berbagai tingkatan mulai cabang hingga ranting serta komunitas pengajian ibu-ibu dan remaja putri lainnya. Data dari Produser Program ‘Apa Kata Bunyai’, untuk bisa mendapat giliran tampil sebagai jama’ah dalam program ini mereka harus rela ngantre hingga 2-3 bulan. Belum lagi, tayangan ini disiarkan secara live dan benar-benar ditunggu jam tayangnya.

Selain menampilkan Performer Perempuan, TV9 juga mencoba menampilkan para kyai yang memiliki popularitas di kalangan perempuan sebagaimana KH. Husein Rifai, seorang Dai Kondang jebolan Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang yang kini mengasuh Pondok Pesantren Jabal Noor Sepanjang Sidoarjo. Popularitas Kyai Husein Rifai utamanya terletak pada kualitas suara saat membacakan ayat Al Qur’an disela uraian ceramahnya yang tergolong lugas dan menghibur. Kyai Husein Rifai memiliki tempat tersendiri bagi para pemirsa perempuan yang diharapkan bisa mengimbangi dan bahkan menetralisir kegandrungan mereka pada sinetron.

Proses Komodifikasi dan Spasialisasi TV9

Pendapat Mosco tentang ekonomi politik dapat dipahami secara lebih sederhana, yaitu hubungan kekuasaan (politik) dalam sumber-sumber ekonomi yang ada di masyarakat. Bila seseorang atau sekelompok orang dapat mengontrol masyarakat berarti dia berkuasa secara de facto, walaupun de jure tidak memegang kekuasaan sebagai eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Pandangan Mosco tentang penguasa lebih ditekankan pada penguasa dalam arti de facto, yaitu orang atau kelompok orang yang mengendalikan kehidupan masyarakat. Sedangkan dasar dari kehidupan sosial adalah ekonomi. Maka pendekatan ekonomi politik merupakan cara pandang yang dapat membongkar dasar atas sesuatu masalah yang tampak pada permukaan.

Untuk memahami bagaimana penerapan pendekatan ekonomi politik digunakan dalam studi media massa, ada tiga konsep awal yang harus dipahami, yaitu:

  1. Komodifikasi adalah segala sesuatu dikomoditaskan (dianggap barang dagangan);
  2. Spasialisasi adalah proses mengatasi hambatan jarak dan waktu dalam kehidupan sosial.

1. Komodifikasi adalah upaya mengubah apapun menjadi komoditas atau barang dagangan sebagai alat mendapatkan keuntungan. Tiga hal yang saling terkait adalah: Isi media, jumlah audience dan iklan. Berita atau isi media adalah komoditas untuk menaikkan jumlah audiencee. Jumlah audience juga merupakan komoditas yang dapat dijual pada pengiklan. Uang yang masuk merupakan profit dan dapat digunakan untuk ekspansi media. Ekspansi media menghasilkan kekuatan yang lebih besar lagi dalam mengendalikan masyarakat melalui sumber-sumber produksi media berupa teknologi, jaringan dan lainnya. Selain itu tentunya profit bagi pengusaha.

Komodifikasi berkaitan dengan proses transformasi barang dan jasa dari nilai gunanya menjadi komoditas yang berorientasi pada nilai tukarnya di pasar. Proses transformasi dari nilai guna menjadi nilai tukar, dalam media massa selalu melibatkan para awak media, khalayak pembaca, pasar, dan negara apabila masing-masing di antaranya mempunyai kepentingan (Mosco, 1996). Dengan demikian para produser media mengubahnya menjadi sesuatu yang layak untuk dipasarkan, seperti halnya program acara Kiswah (Kajian Islam Ahlus Sunnah Wal Jama”ah) menjadi barang komersial oleh perusahaan penyiaran.

Untuk mengkaji lebih dalam lagi proses komodifikasi yang dilakukan oleh TV9, perlu kiranya menelisik komodifikasi lebih spesifik lagi, yaitu komodifikasi audien, komodifikasi isi dan komodifikasi pekerja.

a)                  Komodifikasi Audiens.

Audiens dijadikan komoditi para media untuk mendapatkan iklan dan pemasukan. Kasarnya media biasanya menjual rating atau share kepada advertiser untuk dapat menggunakan air time atau waktu tayang. Dalam hal ini Seperti program acara KISWAH Gus Ali, Apa Kata Bunyai bersama Nyai Ucik Nur Hidayati. Untuk kota Surabaya, pemirsa TV9 bisa mencapai 203.864 jiwa dari total 2.548.304 penduduk. Sedangkan di Sidoarjo mencapai 142.236 viewers dari 1.777.947 penduduk. Dengan potensi tersebut, maka TV9 bisa dikatakan sebagai televisi yang memiliki basis pemirsa yang paling kuat di antara stasiun televisi yang ada.

TV9 juga menggunakan konsepsi entertained dakwah yang digunakan oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf dalam menjalankan dakwah menyebarluaskan tradisi bershalawat kepada anak muda dengan qashidah yang luwes, menghibur, asyik, lebih gaul dan tidak terlalu banyak batasan sebagaimana dalam majlis shalawat pada umumnya.

Fenomena Habib Syech dengan para penggemarnya yang menamakan diri sebagai Syechermania adalah bentuk lain dari dakwah yang dikemas secara menghibur ala ulama’ terdahulu sebagaimana Sunan Kalijaga dengan Pagelaran Wayang, dan seterusnya. Semua ini dibuat atas dasar segmen yang sudah ada yaitu warga NU dan Muslimah Fatayat NU, untuk muslimah fatayat NU mereka rela menunggu 2-3 minggu untuk hadir dan menonton langsung acara Apa Kata Bu Nyai yang dipandu oleh Ibu Nyai Ucik Nur Hidayati, dengan format pengajian wanita, dengan jamaah dan presenter untuk membahas dan mengkaji permasalahan yang sering timbul di lingkungan kehidupan masyarakat. Cara Nyai Ucik membawakan materi, sangat khas para Ibu nyai pesantren, lengkap dengan selingan humor dan lantunan shalawat dan nyanyian keagamaan.

b)                  Komodifikasi Konten.

Konten media dibuat sedemikian rupa sehingga agar benar-benar menjadi kesukaan publik meski hal itu bukanlah fakta dan  kebutuhan publik. Pengesahan segala cara dilakukan demi mendapat perhatian audiens yang tinggi.  Hal ini terbukti program acara Kiswah Gus Ali, Apa Kata Bunyai bersama Nyai Ucik Nur Hidayati, mampu menyedot perhatian masyarakat. Untuk kota Surabaya, pemirsanya bisa mencapai 203.864 jiwa dari total 2.548.304 penduduk, sedangkan di Sidoarjo mencapai 142.236 viewers dari 1.777.947 penduduk. Ini akan menimbulkan efek terhadap pengelola media, yaitu bisa menyedot perhatian pengiklan untuk memasang iklan terhadap acara tersebut.

Kemudian TV9 menjadikan konsep dakwah berkonsepsi entertained dakwah, terbukti dengan adanya program Kiswah dengan karakter seorang muballigh yang lucu, guyonan, keislaman, dan dalam konsep islam yang Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Konsepsi entertained dakwah pula yang digunakan oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf dalam menjalankan dakwah dan menyebarluaskan tradisi bershalawat kepada anak muda dengan qashidah, asyik, lebih gaul dan tidak terlalu banyak batasan seperti majelis shalawat pada umumnya.

c)                   Komodifikasi Pekerja.

Seperti yang sudah digambarkan sebelumnya, pekerja merupakan penggerak kegiatan produksi. Bukan hanya produksi sebenarnya, tapi juga distribusi. Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara optimal dengan cara mengkonstruksi pikiran mereka tentang bagaimana menyenangkannya jika bekerja dalam sebuah institusi media massa, walaupun dengan upah yang tak seharusnya.

Tagline Santun Menyejukkan adalah Jati Diri. Seluruh program tayangan harus mengacu kepada prinsip ini. Demikian pula dengan perilaku pimpinan dan karyawan pun tak boleh keluar dari garis ini. Santun adalah akhlaqul karimah (etika mulia) yang menjadi misi diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia ini. Menyejukkan adalah karakter para ulama’ salafus-shalihin dalam berdakwah dan menyebarkan kebenaran dengan kesabaran dan kesejukan.

2. Spasialisasi adalah cara-cara mengatasi hambatan jarak dan waktu dalam kehidupan sosial. Dengan kemajuan teknologi komunikasi, jarak dan waktu bukan lagi hambatan dalam praktek ekonomi politik. Spasialisasi berhubungan dengan proses pengatasan atau paling tepat dikatakan sebagai transformasi batasan ruang dan waktu dalam kehidupan sosial. Dapat dikatakan juga bahwa spasialisasi merupakan proses perpanjangan institusional media melalui bentuk korporasi dan besarnya badan usaha media (Mosco, 1996).

Ukuran badan usaha media dapat bersifat horizontal maupun vertikal. Horizontal artinya bahwa bentuk badan usaha media tersebut adalah bentuk-bentuk konglomerasi, monopoli. Proses spasialisasi yang bersifat vertikal adalah proses integrasi antara induk perusahaan dan anak perusahaannya yang dilakukan dalam satu garis bisnis untuk memperoleh sinergi, terutama untuk memperoleh kontrol dalam produksi media.

Dalam rangka menunjang penyiaran dan kenyamanan khalayak ramai TV9 sudah menggunakan tehnologi yang berbasi IT dan penggunaan internet dan satelit, di antranya yaitu menggunakan acount jejaring sosial seperti facebook (https://www.facebook.com/santun.menyejukkan) dan menggunakan Website (http://tv9.co.id/). Dan sekarang TV9 sudah menggunakan streeming, Uc TV yang bekerja sama dengan Telkom, Big TV (TV Cable) semua ini dalam rangka memudahkan pemirsanya untuk mengakses program acara TV9.

Dalam menjalankan bisnis penyiaran ini, TV9 tidak berdiri sendirian. PT. Dakwah Inti Media sebagai perusahaan yang kepemilikan sahamnya PT. Nusantara Utama (PT NUS) sebagai pemilik modal 100% saham PT. Dakwah Inti Media (TV9) yang kemudian melakukankerja sama dengan perusahaan lokal Jawa Timur yang memiliki jaringan bisnis Nasional maupun bahkan Internasional, yaitu PT. Siantar Citra Televisi (SCT. Siantar Top Group) dengan proporsisi 70:30% untuk PT. NUS dan PT. SCT.

TV9 juga memberikan layanan baru yang diberi nama Ninestore ini bisa menjadi sumber pemasukan bagi TV9 mengingat jumlah pemirsa yang menjadi pembeli bagi produk-produk yang ditayangkan dan kemudian dijual melalui Ninestore, hal ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dalam setahun terakhir. melalui Ninestore, slot iklan yang tak terjual dapat dibeli sendiri oleh Ninestore untuk menawarkan produk yang akan dijual, sementara TV9 akan mendapat prosentase dari hasil direct selling dengan rabat yang lebih tinggi dibandingkan reseller reguler. Melalui Ninestore, TV9 juga memberi kesempatan kepada UKM atau perusahaan home industri yang tidak memiliki anggaran promo di TV, karena pembayaran iklan mereka dilakukan kalau produknya terjual (paid by result), yakni prosentase (30-50%) dari harga produk yang dijual per unitnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada industri media TV9 di Surabaya, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu sebagai berikut:

  1. Komodifikasi dihubungkan dengan Structure, Conduct, Performance TV9;

Dalam mengembangkan program Kiswah, TV9 menggunakan konsep dasar para mubllaigh NU yang menjalankan dakwahnya dengan cara menghibur dan nyaman. TV9 menyebutnya sebagai Konsepsi Entertained Dakwah. Konsep ini berbeda dengan Dakwah Entertainment, dimana dakwah hanya digunakan sebagai tema dari konsep hiburan yang sudah disiapkan oleh stasiun televisi.

Hal ini bisa di uraikan dengan tiga pembagian komodifikasi yaitu;

a.       Komodifikasi Audiens; Audiens dijadikan komoditi para media untuk mendapatkan iklan dan pemasukan. Dalam hal ini Seperti program acara KISWAH Gus Ali, Apa Kata Bunyai bersama Nyai Ucik Nur Hidayati. Untuk kota Surabaya, pemirsa TV9 bisa mencapai 203.864 jiwa dari total 2.548.304 penduduk. Sedangkan di Sidoarjo mencapai 142.236 viewers dari 1.777.947 penduduk. Dengan potensi tersebut, maka TV9 bisa dikatakan sebagai televisi yang memiliki basis pemirsa yang paling kuat di antara stasiun televisi yang ada.

TV9 juga menggunakan konsepsi entertained dakwah yang digunakan oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf dalam menjalankan dakwah menyebarluaskan tradisi bershalawat kepada anak muda dengan qashidah yang luwes, menghibur, asyik, lebih gaul dan tidak terlalu banyak batasan sebagaimana dalam majlis shalawat pada umumnya.

Fenomena Habib Syech dengan para penggemarnya yang menamakan diri sebagai Syechermania adalah bentuk lain dari dakwah yang dikemas secara menghibur ala ulama’ terdahulu sebagaimana Sunan Kalijaga dengan Pagelaran Wayang, dan seterusnya. Semua ini dibuat atas dasar segmen yang sudah ada yaitu warga NU dan Muslimah Fatayat NU, untuk muslimah fatayat NU mereka rela menunggu 2-3 minggu untuk hadir dan menonton langsung acara Apa Kata Bu Nyai yang dipandu oleh Ibu Nyai Ucik Nur Hidayati, dengan format pengajian wanita, dengan jamaah dan presenter untuk membahas dan mengkaji permasalahan yang sering timbul di lingkungan kehidupan masyarakat. Cara Nyai Ucik membawakan materi, sangat khas para Ibu nyai pesantren, lengkap dengan selingan humor dan lantunan shalawat dan nyanyian keagamaan.

b.      Komodifikasi Konten.

TV9 menjadikan konsep dakwah berkonsepsi entertained dakwah, terbukti dengan adanya program Kiswah dengan karakter seorang muballigh yang lucu, guyonan, keislaman, dan dalam konsep islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Konsepsi entertained dakwah pula yang digunakan oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf dalam menjalankan dakwah dan menyebarluaskan tradisi bershalawat kepada anak muda dengan qashidah, asyik, lebih gaul dan tidak terlalu banyak batasan seperti majelis shalawat pada umumnya.

Program Kiswah mampu menarik perhatian masyarakat Jawa Timur khususnya warga NU. Karena program ini tidak tertuju pada satu kalangan melainkan terdapat beberapa fariasi yaitu; Kiswah Junior, Kiswah Female, Kiswah Malam.

c.       Komodifikasi Pekerja.

Pekerja merupakan penggerak kegiatan produksi. Bukan hanya produksi sebenarnya, tapi juga distribusi. Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara optimal dengan cara mengkonstruksi pikiran mereka tentang bagaimana menyenangkannya jika bekerja dalam sebuah institusi media massa, walaupun dengan upah yang tak seharusnya.

Tagline Santun Menyejukkan adalah Jati Diri. Seluruh program tayangan harus mengacu kepada prinsip ini. Demikian pula dengan perilaku pimpinan dan karyawan pun tak boleh keluar dari garis ini. Santun adalah akhlaqul karimah (etika mulia) yang menjadi misi diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia ini. Menyejukkan adalah karakter para ulama’ salafus-shalihin dalam berdakwah dan menyebarkan kebenaran dengan kesabaran dan kesejukan.

  1. Ukuran badan usaha media dapat bersifat horizontal maupun vertikal. Horizontal artinya bahwa bentuk badan usaha media tersebut adalah bentuk-bentuk konglomerasi, monopoli. Proses spasialisasi yang bersifat vertikal adalah proses integrasi antara induk perusahaan dan anak perusahaannya yang dilakukan dalam satu garis bisnis untuk memperoleh sinergi, terutama untuk memperoleh kontrol dalam produksi media.

Ada dua kategori spasialisasi yang dilakukan oleh TV9 yaitu;

a.       Spasialisasi Horizontal yaitu; TV9 menggabungkan antara dengan perusahaan lain yaitu PT. Nusantara Utama (PT NUS) dan PT. Siantar Citra Televisi (SCT. Siantar Top Group) yang kemudian menjadi PT. Dakwah Inti Media (TV9). Dalam rangka menunjang penyiaran dan kenyamanan khalayak ramai, TV9 menggunakan tehnologi yang berbasi IT dengan penggunaan internet dan satelit, di antranya yaitu menggunakan acount jejaring sosial seperti facebook, twitter, youtube dan menggunakan Website. Sekarang TV9 sudah menggunakan streeming, Uc TV yang bekerja sama dengan Telkom, Big TV (TV Cable) semua ini dalam rangka memudahkan pemirsanya untuk mengakses program acara TV9.

b.      Spasialisasi Vertikal; spasialisasi horizontal juga dilakukan demi menjaga survive TV9 dalam berdakwah. Hal ini tercermin pada kerjasama yang dilakukan oleh TV9 dengan majalah AULA NU. Majalah ini bergerak dalam kegiatan feminim. TV9 juga memberikan layanan baru yang diberi nama Ninestore ini bisa menjadi sumber pemasukan bagi TV9 mengingat jumlah pemirsa yang menjadi pembeli bagi produk-produk yang ditayangkan dan kemudian dijual melalui Ninestore.

Melalui Ninestore, TV9 juga memberi kesempatan kepada UKM atau perusahaan home industri yang tidak memiliki anggaran promo di TV, karena pembayaran iklan mereka dilakukan kalau produknya terjual (paid by result), yakni prosentase (30-50%) dari harga produk yang dijual per unitnya.

Dalam rangka mempermudah khlayak ramai TV9 kedepannya akan melakukan yang namanya convergency media dengan membentuk NU Media Networking, sehingga program tayang TV9 bisa di akses dimana pun dan kapan pun.

 

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Badjuri, Adi. 2010. Jurnalistik Televisi. Yogyakarta : Graha Ilmu

Effendi, Onong. 2002. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdarika.

Morissan. 2008. Menejemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sudibyo, Agus, 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta. LKIS

F. M. Scherer and David Ross, Industrial Market Structure and Economic Performance, third edition, Boston:Houghton Mifflin Company, 1980

Golding, Peter dan Murdock, Graham (Ed). The Political Economy Of The Media, Volume 1. Cheltenhamuk: Edward Elgar Publishing Limited, 1997.

 

INTERNET

http://bincangmedia.wordpress.com/2011/10/13/analisis-industri-pers-pendekatan-s-c-p/ Posted on 13 October 2011

http://yayan-s-fisip.web.unair.ac.id/Artikel_detail-70806-Ekpol%20Media-Relasi%20Ideologi,%20Media%20Massa%20dan%20Ekonomi%20Politik%20media.html posted on 11 Januari 2013-dalam ekpol media oleh yayan-s-fisip.

MAKALAH KOMUNIKASI INTERPERSONAL



Kata Pengantar
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.












BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari waktu kita digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan adanya kesalahfahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia baru akan menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan efektif.yang harus dimiliki seorang manusia.
Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauhmana tujuan-tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha komunikasi tersebut akan gagal. Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada pemahaman pesandan penerima. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut,maka tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator benar-benar memberikan arti apa yang dikatakan.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam berkomunikasi( communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki communication skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan gaya yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka pakai sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan dalam berkomunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal?
2. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam komunikasi interpersonal?
3. Bagaimana memupuk keahlian komunikasi iterpersonal?
4. Bagaimana pentingnya keahlaian komunikasi interpersonal dalam komunikasi?


















BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaina informasi antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yanh vital dalam organisasi karena komunikasi diperlukan bagi evektifitas kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan , manajemen konfilk, serta proses-proses organisasi lainnya.
Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh komunikasi ulama dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang tergantung pada satu sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan satu pada satu percakapan atau individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu kita memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk membangun dan menegosiasikan realitas sosial . Sementara komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai area sendiri studi, itu juga terjadi dalam konteks lain seperti kelompok dan organisasi.
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal , dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif. Deddy Mulyana (2005) menyatakan: “komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.” (Mulyana, 2005:73).
Individu juga berkomunikasi pada tingkat interpersonal berbeda tergantung pada siapa mereka terlibat dalam komunikasi dengan. Sebagai contoh, jika seseorang berkomunikasi dengan anggota keluarga, bahwa komunikasi akan lebih dari mungkin berbeda dari jenis komunikasi yang digunakan ketika terlibat dalam tindakan komunikatif dengan teman atau penting lainnya.
Secara keseluruhan, komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan baik dan tidak langsung media komunikasi langsung seperti tatap muka interaksi, serta komputer-mediated-komunikasi. Sukses mengasumsikan bahwa baik pengirim pesan dan penerima pesan akan menafsirkan dan memahami pesan-pesan yang dikirim pada tingkat mengerti makna dan implikasi.
Tujuan komunikasi boleh jadi memberikan keterangan tentang sesuatu kepada penerima, mempengaruhi sikap penerima, memberikan dukungan psikologis kepada penerima, atau mempengaruhi penerima.
B. Persepsi Interpersonal dan Konsep Diri dalam Keahlian Komunikasi Interpersonal
Konsep diri dan Persepsi interpersonal sangat dibutuhkan untuk pencapaian dalam kelancaran komunikasi. Orang yang lancar dalam berkomunikasi berarti orang tersebut mempunyai keahlian dalam berkomunikasi. Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi nterpersonal diantaranya adalah pengalaman, motivasi, kepribadian, stereotyping,atribusi.
Perilaku kita dalam berkomunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal. Jadi persepsi interpersonal membawa pengaruh yang besar bagi komunikasi interpersonal. Kegagalan komunikasi dapat diperbaiki apabila orang tersebut menyadari bahwa persepsinya salah. Komunikasi interpersonal kita akan menjadi lebih baik bila kita mengetahui bahwa persepsi kita bersifat subjektif dan cenderung keliru.
Konsep diri diperlukan agar kita bisa mengamati diri dan sampailah pada gambaran dan penilaian diri kita. William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan dan perassan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis. Konsep diri bisa juga dijadikan alat pengukur kepercayaan diri kita.
Faktor-faktor yang mempengruhi konsep diri diantaranya adalah orang lain dan kelompok. Ada kelomok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Pengaruh konsep diri pada komunikasi interpersonal diantaranya adalah sebagai berikut:
• Nubuat yang dipenuhi sendiri
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri deisebut sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri. Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri yang positif atau negatif. Sebagai peminat komunikasi, sebaiknya kita mampu mengidentifikasi tanda-tanda konsep diri yang positif atau negatif.
• Membuka diri
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain.
• Percaya diri
Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan diri sendiri. Orang yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut kalau orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya.
• Selektivitas
Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa anda bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. (Anita Taylor 1977: 112). Dengan singkat, konsep diri menyebabkan terpaan selektif, persepsi selektif, dan ingatan selektif.
C. Hubungan Keahlian komunikasi Interpersonal dalam Komunikasi
Orang yang mempunyai keahlian komunikasi maka komunikasi orang tersebut akan berjalan efektif. Kita harus memupuk keahlian kita dalam komunikasi interpersonal melalui konsep diri. Konsep diri seperti yang telah tertuang diatas sangat penting dilakukan agar kita ahli dalam berkomunikasi. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami tetapi hubungan dengan komunikan menjadi rusak. DeVito (1992) memandang komunikasi interpersonal yang efektif berdasarkan humanistic model dan pragmatic model. Humanistic model (soft approach) menunjukkan bahwa kualitas komunikasi interpersonal yang efektif ditentukan oleh 5 faktor, sebagai berikut: Openness (keterbukaan), Empathy, Supportiveness (mendukung), Positiveness (sikap positif), Equality (kesetaraan). Pragmatic model (behavioural) atau disebut juga sebagai pendekatan keras (hard approach) atau (competence model) fokus pada perilaku tertentu yang harus digunakan oleh pelaku komunikasi interpersonal baik sebagai pembicara maupun sebagai pendengar apabila ingin efektif. Pendekatan ini pun menyatakan ada 5 skemampuan yang harus dimiliki, yaitu sebagai berikut:
• Confidence (percaya diri) maksudnya adalah para pelaku komunikasi interpersonal harus memilki rasa percaya diri secara sosial (social confidence).
• Immediacy merujuk pada situasi adanya perasaan kebersamaan antara
pembicara dan pendengar (oneness). Immediacy ditunjukan dengan sikap memperhatikan, menyenangi, dan tertarik pada lawan bicara
• Interaction management maksudnya adalah kemampuan untuk mengontrol interaksi demi memuaskan kedua belah pihak pelaku komunikasi.
• Expressiveness maksudnya adalah kemampuan untuk secara sungguhsungguh terlibat dalam proses komunikasi.
• Other orientation maksudnya adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan orang lain selama proses komunikasi interpersonal berlangsung.
Butir-butir tersebut di atas menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki agar suatu proses komunikasi interpersonal efektif. Idealnya semua kemampuan tersebut harus dimiliki oleh para pelaku komunikasi interpersonal. Namun DeVito (1992) memberikan peringatan bahwa dalam menerapkan kemampuan tersebut setiap situasi komunikasi, dan aspek budaya yang berbeda pada pelaku komunikasi. Jadi aturan-aturan komunikasi interpersonal yang efektif tersebut harus diterapkan secara fleksibel.
Ada sejumlah model untuk menganalisa hubungan personal, tetapi dengan mengikuti ikhtisar dari Coleman dan Hammen (1974:224-231). Model-model tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
• Model pertukaran sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
• Model peranan masyarakat
Model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan dan tuntutan peranan, memiliki keterampilan peranan, dan terhindari dari konflik peranan dan kerancunan peranan.
• Model permainan
Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia.
• Model interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsisitem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
Pola-pola komunikasi interpersonal mempuanyai efek yang berlainan pada hubungan interpersonal. Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan. Tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah percaya, kejujuran, sikap suportif.






















KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Komunikasi antar pribadi merupakan proses pemberian dan penerimaan pesan antara dua atau diantara orang-orang dalam kelompok kecil melalui satu saluran atau lebih, dengan melibatkan beberapa pengaruh dan umpan balik. Komunikasi antar pribadi melibatkan hubungan pribadi antara dua individu atau lebih. Dalam proses konseling, komunikasi antar pribadi memungkinkan terjadinya interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan klien. Oleh karena itu ketrampilan komunikasi antar pribadi perlu dikuasai oleh konselor untuk menunjang keefektifan konseling.
Komunikasi antar pribadi ditandai dengan
(1) perkiraan berdasarkan informasi psikologis,
(2) interaksi berdasarkan pengetahuan yang lebih jelas, dan
(3) interaksi berdasarkan aturan yang dibuat secara pribadi.
Maksud komunikasi antar pribadi ialah untuk:
(1) menemukan diri sendiri,
(2) menemukan dunia luar,
(3) membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain,
(4) mengubah sikap dan perilaku sendiri dan orang lain,
(5) bermain dan hiburan,
(6) memberikan bantuan.


Untuk melangsungkan komunikasi antar pribadi secara efektif perlu memperhatikan prinsip komunikasi antar pribadi sebagai berikut:
1. Kita tidak mungkin terhindar dari kehidupan tanpa komunikasi
2. Semua komunikasi merujuk kepadda isi dan hubungan di antara partisipan
3. Komunikasi tergantung pada pertukaran antar partisipan atas dasar kesamaan sistem tanda dan makna
4. Setiap orang berkomunikasi menggunakan rangsangan dan respon berdasarkan sudut pandangannya sendiri
5. Komunikasi antar pribadi dapat merangsang timbulnya saling meniru atau saling melengkapi perilaku antara individu yang satu dengan lainnya.
A. Persepsi dalam komunikasi antar pribadi
Persepsi adalah proses individu menjadi sadar dan memberi makna terhadap obyek dan peristiwa di luar dirinya melalui bermacam alat dria. Persepsi mendasari proses komunikasi antar pribadi, dalam arti bahwa kualitas komunikasi itu akan banyak ditentukan oleh persepsi masing-masing partisipan.
Persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
(1) harapan individu,
(2) kesan pertama,
(3) kesan kelompok,
(4) derajat kesamaan perilaku orang lain,
(5) konsistensi (ketetapan) perilaku dalam berbagai situasi,
(6) motivasi internal dan eksternal. Dalam konseling harus dikembangkan persepsi yang benar dan tepat baik dalam diri konselor maupun dalam diri klien. Harus dihindari adanya perbedaan pesepsi antara konselor dengan klien.
Menyimak dalam komunikasi antar pribadi
Menyimak merupakan ketrampilan yang sangat diperlukan dalam proses komunikasi antar pribadi. Menyimak dapat dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang diwujudkan dalam bentuk proses mengirimkan kemabali kepada pembicara mengenai pikiran, mengenai isi dan perasaan pembicara.
Fungsi menyimak dalam komunikasi dalam komunikasi antar pribadi adalah sebagai bentuk memperoleh: rasa senang, infortmasi, dan bantuan. Sedangkan maksud menyimak adalah untuk: (1) membuat pendengar mengecek pemahaman secara tepat,
(2) menyatakan penerimaan perasaan pembicara,
(3) merangsang pembicara agar memperluas perasaan dan pikiran,
(4) memberitahukan kepada pembicara mengenai reaksi pendengar,
(5) memberikan bimbingan kepada pembicara untuk menyesuaikan isi pesan-pesannya.
Menyimak yang efektif dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
1. Berhenti bicara
2. Tempatkan pembicara dengan mudah
3. Bereaksi secara baik
4. Konsentrasi pada apa yang sedang dibicarakan
5. Jangan terlalu tergesa-gesa memberikan tafsiran
6. Berbagi tangguing jawab dalam komunkasi
7. Ungkapan dengan cara yang benar
8. Menyatakan pemahaman
9. Mengajukan pernyataan
10. Bersikap secara baik seperti: bersahabat, sopan, terbuka, sensitif, dsb.















KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
A. Pengertian
Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individu-individu (Littlejohn, 1999).
Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya.
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
1. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat;
2. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima lat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.


B. Faktor-faktor pengaruh
Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.
1.         Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.
2.         Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah; b. Merasa stara dengan orang lain; c. Menerima pujian tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).
3. Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:
a. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
b. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
4.         Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untukmengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Miller (1976) dalamExplorations in Interpersonal Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.”
Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: a. Percaya; b. sikap suportif; dan c. sikap terbuka.




















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal , dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif.
Konsep diri dan Persepsi interpersonal sangat dibutuhkan untuk pencapaian dalam kelancaran komunikasi. Orang yang lancar dalam berkomunikasi berarti orang tersebut mempunyai keahlian dalam berkomunikasi. Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita.
Orang yang mempunyai keahlian komunikasi maka komunikasi orang tersebut akan berjalan efektif. Kita harus memupuk keahlian kita dalam komunikasi interpersonal melalui konsep diri. Konsep diri seperti yang telah tertuang diatas sangat penting dilakukan agar kita ahli dalam berkomunikasi. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.







DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaudin.1966.Psikologi Komunikasi.Bandung:Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni.1995.Komunikasi organisasi.Jakarta:Bumi Aksara.
A.G.Lunadi.1987. Komunikasi Mengena.Yogyakarta:Kanisius.
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.






















PROPOSAL PELATIHAN

            PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA       ” PELATIHAN PEMBUATAN BLOG PENDIDIKAN BAGI GURU-GURU DI KOTA BANGKALA...