Darwinisme
menganggap seluruh kehidupan di bumi sebagai suatu hasil mutasi tak-disengaja
dan seleksi alam dan, sebagai keyakinan yang bersifat praduga, meniadakan
keberadaan perancangan cerdas. Dengan tujuan membantah adanya perancangan,
pemikir Darwinis mencari-cari cacat pada keseluruhan seluk-beluk yang saling
terkait dari makhluk hidup. Dari Darwin hingga Dawkins, berulang-ulang, sikap
dogmatis ini telah membuat evolusionis tersebut bersikukuh tentang keberadaan
struktur cacat dan organ-organ sisa (vestigial) "yang tidak memuliki
kegunaan", yang bersifat praduga, pada makhluk hidup. Namun,
berkali-kali juga, pengakuan berani dari para evolusionis tersebut ternyata
malah menjadi bukti ketidaktahuan mereka. Organ-organ sisa yang diduga
[sia-sia] tersebut kemudian ditemukan memerankan fungsi sangat penting dan
keseluruh pendapat mengenai "organ sisa" ternyata merupakan buah
pikiran yang keliru.
Sejarah ilmu
pengetahuan mencatat adanya penyusutan terus-menerus dalam jumlah organ-organ
yang dianggap sisa ini (organ vestigial). Organ-organ yang diduga tidak
memiliki fungsi tersebut, satu demi satu, ternyata merupakan organ-organ
dengan fungsi yang belum ditemukan. Sebuah daftar organ-organ sisa yang
dibuat oleh ahli anatomi Jerman, R. Wiedersheim pada tahun 1895 memuat
sekitar 100 struktur, termasuk usus buntu dan tulang ekor. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan, ditemukan bahwa semua organ dalam daftar
Wiedersheim ternyata memiliki fungsi amat penting. Misalnya saja, telah
ditemukan bahwa usus buntu, yang disangka "organ sisa",
kenyataannya merupakan bagian dari sistem limfatik. Sebuah publikasi
kedokteran pada tahun 1997 menyebutkan bahwa, "organ dan jaringan tubuh
lainnya – thymus, hati, limpa, usus buntu, sumsum tulang, dan sejumlah kecil
jaringan limfatik seperti amandel di tenggorokan dan bintik-bintik Peyer di
dalam usus halus – juga merupakan bagian dari sistem limfatik. Sistem ini
juga membantu tubuh melawan infeksi. 1
Telah
ditemukan pula bahwa amandel, yang juga dimasukkan dalam daftar organ sisa
yang disusun Wiedersheim, memiliki tugas penting dalam melindungi tenggorokan
melawan infeksi, terutama hingga usia remaja. Telah ditemukan bahwa tulang ekor pada bagian bawah dari ruas tulang
belakang menyangga tulang-tulang di sekitar panggul dan merupakan titik
pertemuan dari beberapa otot kecil dan karenal alasan ini, tidaklah mungkin
untuk duduk nyaman tanpa tulang ekor.
Di
tahun-tahun setelahnya, disadari bahwa thymus membangkitkan kerja sistem
kekebalan di dalam tubuh manusia dengan memicu bekerjanya sel-sel T,
bahwa kelenjar pineal bertugas mengeluarkan sejumlah hormon penting, bahwa
kelenjar tiroid sangat berperan dalam menjaga pertumbuhan teratur pada bayi
dan anak, dan bahwa kelenjar pituitari bertugas memastikan bekerjanya secara
benar dari banyak kelenjar hormon. Semuanya ini awalnya sempat dianggap
sebagai "organ sisa". Akhirnya kelopak mata, yang dianggap sebagai
organ sisa oleh Darwin, diketahui ternyata bertugas membersihkan dan
meminyaki mata.
Berkurangnya
secara terus-menerus pada daftar organ sisa merupakan akibat dari kenyataan
bahwa ini merupakan pendapat yang disebabkan karena ketidaktahuan. Sejumlah
evolusionis yang lebih bijak juga menjadi sadar akan kenyataan ini. S. R.
Scadding, ia sendiri seorang evolusionis, pernah menulis dalam artikelnya
"Can vestigial organs constitute evidence for evolution?" [Dapatkah
Organ-organ Sisa Menjadi Bukti bagi Evolusi] yang diterbitkan dalam jurnal Evolutionary
Theory [Teori Evolusi]:
Dikarenakan
tidak mungkin untuk secara pasti mengenali bentuk-bentuk tak berguna, dan
dikarenakan rumusan pendapat yang digunakan secara ilmiah tidak dapat
diterima, saya menyimpulkan bahwa "organ sisa" tidak dapat
memberi bukti khusus bagi teori evolusi. 2
KAKI KUDA
Bantahan terkini terhadap kisah tentang organ
peninggalan datang dari sebuah penelitian terbaru tentang kaki kuda. Sebuah
tulisan pada majalah Nature terbitan tanggal 20-27 Desember 2001, berjudul:
"Biomechanics: Damper for Bad Vibrations" [Biomekanika: Peredam
untuk Getaran yang Membahayakan], menyatakan bahwa, "Sejumlah serat otot
pada kaki-kaki kuda tampak seperti sisa peninggalan evolusi tanpa kegunaan.
Namun kenyataannya [serat-serat otot] tersebut mungkin berperan meredam
getaran bersifat merusak yang muncul pada kaki ketika kuda berlari."
Tulisan tersebut berbunyi:
Kuda dan
unta memiliki otot-otot pada kaki-kaki mereka dengan tendon yang panjangnya
melebihi 600 -milimeter dan terhubungkan dengan serat-serat otot yang
panjangnya kurang dari 6 milimeter. Otot-otot pendek semacam itu dapat
memanjang hanya sampai beberapa milimeter saja ketika sang hewan bergerak,
dan tampaknya mustahil memiliki banyak kegunaan bagi mamalia besar.
Tendon-tendon tersebut berfungsi sebagai pegas-diam, dan dianggap bahwa serat-serat
otot pendek tersebut berlebih, sisa peninggalan dari serat-serat lebih
panjang yang telah kehilangan perannya selama berlangsungnya peristiwa
evolusi. Tetapi Wilson dan rekan-rekannya membantah... bahwa serat-serat ini
mungkin melindungi tulang dan tendon dari getaran-getaran yang dapat
merusak...
Percobaan-percobaan
mereka menunjukkan bahwa serat-serat otot pendek dapat meredam getaran
merusak yang muncul karena tumbukan kaki pada permukaan tanah. Ketika kaki
seekor hewan yang sedang berlari menumbuk tanah, benturan tersebut
mengakibatkan kaki bergetar; frekuensi getaran tersebut cukup tinggi –
misalnya, 30-40 Hz pada kuda – pengulangan getaran akan terjadi berkali-kali
ketika kaki sedang menginjak tanah jika tidak ada peredam.
Getaran
tersebut berkemungkinan menyebabkan kerusakan, karena tulang dan tendon
rentan terhadap kerusakan akibat kelelahan-berlebih. Kelelahan-berlebih pada
tulang dan tendon merupakan kumpulan kerusakan akibat tegangan atau tekanan
yang dikenakan berulang-ulang. Kelelahan-berlebih pada tulang adalah penyebab
keretakan akibat tekanan atau tegangan yang diderita baik oleh olahragawan
maupun kuda pacuan, dan kelelahan-berlebih pada tendon mungkin dapat
menjelaskan setidaknya beberapa kasus radang tendon. Wilson dkk. berpendapat
bahwa serat-serat otot yang sangat pendek tersebut melindungi baik tulang
maupun tendon dari kerusakan akibat kelelahan-berlebih dengan meredam penuh
getaran... 3
Singkatnya,
pengamatan lebih dekat pada anatomi kuda mengungkap bahwa bagian-bagian tubuh
yang dianggap tidak memiliki peran oleh para evolusionis, mempunyai peran
yang sangat penting. Dengan kata
lain, kemajuan ilmiah menunjukkan bahwa apa yang dianggap sebagai bukti
evolusi ternyata merupakan bukti bagi perancangan.
Para
evolusionis seharusnya mengambil petunjuk dari kenyataan ini, jika mereka
mau. Ulasan berikut ini yang dimuat dalam majalah Nature terlihat masuk akal:
Wilson dkk.
telah menemukan satu peran penting dari sebuah otot yang tampak sebagai sisa
dari sebuah bagian yang telah kehilangan kegunaannya selama berlansungnya
peristiwa evolusi. Penelitian mereka membuat kita bertanya-tanya apakah
organ-organ sisa lain (seperti usus buntu manusia) terlihat pula tidak
memiliki kegunaan. 4
Hal ini
tidaklah mengejutkan. Semakin banyak kita belajar tentang alam, semakin
banyak pula kita saksikan bukti ciptaan Allah. Sebagaimana Michael Behe
katakan, "kesimpulan tentang perancangan datang bukan dari apa yang kita
tidak tahu, akan tetapi dari apa yang telah kita pelajari selama lebih dari
50 tahun yang lalu." 5 Dan Darwinisme ternyata merupakan sebuah
pendapat yang berakar dari ketidaktahuan, atau, dengan kata lain, sebuah
"ateisme yang berasal dari jurang ketidaktahuan"
[Catatan]:
1. The Merck Manual of Medical Information, Home edition, Merck & Co., Inc. The Merck Publishing Group, Rahway, New Jersey, 1997.
2. S. R.
Scadding, "Do 'Vestigial Organs' Provide Evidence for Evolution?,"
Evolutionary Theory, vol. 5, May 1981, h. 173.
|
Blog ini sebagai wadah menampung tugas kuliah dan kreasi yang lain. hanya buat kenang-kenangan pribadi
Tampilkan postingan dengan label Artikel Ilmiyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Ilmiyah. Tampilkan semua postingan
Satu Bantahan Lagi terhadap Dongeng tentang Organ Sisa
Berpikirlah Sejak Anda Bangun Tidur
Bagaimana Memahami
Ayat Allah di Alam
Dalam
Al Qur'an dinyatakan bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang tidak
mengenali atau tidak menaruh kepedulian akan ayat atau tanda-tanda kebesaran
dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-Nya.
Sebaliknya, ciri
menonjol pada orang yang beriman adalah kemampuan memahami tanda-tanda dan
bukti-bukti kekuasaan sang Pencipta tersebut. Ia mengetahui bahwa semua ini
diciptakan tidak dengan sia-sia, dan ia mampu memahami kekuasaan dan
kesempurnaan ciptaan Allah di segala penjuru manapun. Pemahaman ini pada
akhirnya menghantarkannya pada penyerahan diri, ketundukan dan rasa takut
kepada-Nya. Ia adalah termasuk golongan yang berakal, yaitu
"…orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali 'Imraan, 3:190-191)
Di banyak ayat dalam
Al Qur'an, pernyataan seperti, "Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran?", "terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang
berakal," memberikan penegasan tentang pentingnya memikirkan secara
mendalam tentang tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah telah menciptakan beragam
ciptaan yang tak terhitung jumlahnya untuk direnungkan. Segala sesuatu yang
kita saksikan dan rasakan di langit, di bumi dan segala sesuatu di antara
keduanya adalah perwujudan dari kesempurnaan penciptaan oleh Allah, dan oleh
karenanya menjadi bahan yang patut untuk direnungkan. Satu ayat berikut
memberikan contoh akan nikmat Allah ini:
"Dia menumbuhkan
bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala
macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan." (QS. An- Nahl, 16:11)
Marilah kita
berpikir sejenak tentang satu saja dari beberapa ciptaan Allah yang disebutkan
dalam ayat di atas, yakni kurma. Sebagaimana diketahui, pohon kurma tumbuh dari
sebutir biji di dalam tanah. Berawal dari biji mungil ini, yang berukuran
kurang dari satu sentimeter kubik, muncul sebuah pohon besar berukuran panjang
4-5 meter dengan berat ratusan kilogram. Satu-satunya sumber bahan baku yang
dapat digunakan oleh biji ini ketika tumbuh dan berkembang membentuk wujud
pohon besar ini adalah tanah tempat biji tersebut berada.
Bagaimanakah sebutir
biji mengetahui cara membentuk sebatang pohon? Bagaimana ia dapat berpikir
untuk menguraikan dan memanfaatkan zat-zat di dalam tanah yang diperlukan untuk
pembentukan kayu? Bagaimana ia dapat memperkirakan bentuk dan struktur yang
diperlukan dalam membentuk pohon? Pertanyaan yang terakhir ini sangatlah
penting, sebab pohon yang pada akhirnya muncul dari biji tersebut bukanlah
sekedar kayu gelondongan. Ia adalah makhluk hidup yang kompleks yang memiliki
akar untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah. Akar ini memiliki pembuluh yang
mengangkut zat-zat ini dan yang memiliki cabang-cabang yang tersusun rapi
sempurna. Seorang manusia akan mengalami kesulitan hanya untuk sekedar
menggambar sebatang pohon. Sebaliknya sebutir biji yang tampak sederhana ini
mampu membuat wujud yang sungguh sangat kompleks hanya dengan menggunakan
zat-zat yang ada di dalam tanah.
Pengkajian ini
menyimpulkan bahwa sebutir biji ternyata sangatlah cerdas dan pintar, bahkan
lebih jenius daripada kita. Atau untuk lebih tepatnya, terdapat kecerdasan
mengagumkan dalam apa yang dilakukan oleh biji. Namun, apakah sumber kecerdasan
tersebut? Mungkinkah sebutir biji memiliki kecerdasan dan daya ingat yang luar
biasa?
Tak diragukan lagi,
pertanyaan ini memiliki satu jawaban: biji tersebut telah diciptakan oleh Dzat
yang memiliki kemampuan membuat sebatang pohon. Dengan kata lain biji tersebut
telah diprogram sejak awal keberadaannya. Semua biji-bijian di muka bumi ini
ada dalam pengetahuan Allah dan tumbuh berkembang karena Ilmu-Nya yang tak
terbatas. Dalam sebuah ayat disebutkan:
Dan pada sisi Allah-lah
kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri,
dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun
yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun
dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkah
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (QS. Al-An'aam, 6:59).
Dialah Allah yang
menciptakan biji-bijian dan menumbuhkannya sebagai tumbuh-tumbuhan baru. Dalam
ayat lain Allah menyatakan:
Sesungguhnya Allah
menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki
sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (QS.
Al-An'aam, 6:95)
Biji hanyalah satu
dari banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang diciptakan-Nya di alam semesta.
Ketika manusia mulai berpikir tidak hanya menggunakan akal, akan tetapi juga
dengan hati mereka, dan kemudian bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan
"mengapa" dan "bagaimana", maka mereka akan sampai pada
pemahaman bahwa seluruh alam semesta ini adalah bukti keberadaan dan kekuasaan
Allah SWT.
Langganan:
Postingan (Atom)
PROPOSAL PELATIHAN
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA ” PELATIHAN PEMBUATAN BLOG PENDIDIKAN BAGI GURU-GURU DI KOTA BANGKALA...
-
Kata Pengantar Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat ...
-
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA ” PELATIHAN PEMBUATAN BLOG PENDIDIKAN BAGI GURU-GURU DI KOTA BANGKALA...
-
Bagi sobat yang baru mengganti template blogger, maka di beranda template baru tersebut biasanya ada slide gambarnya, bagi sobat yang mungk...