KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
“PERAN MEDIA MASSA DALAM KLB DAN KAB”
DI SUSUN OLEH:
1. 1 MOH.
ERVAN 09.05.311.000.
2. ASTRI
VIANITA 10.05.311.000.10
3. AYU
ANGKETY NURSYAKBANI 10.05.311.000.07
4. DEWI
SEKAR ARUM DYAH AYU LESTARI 10.05.311.000.72
5. BADRUS
SHOLEH 10.05.311.000.52
PRODI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2012 – 2013
Bab
1
Latar
belakang
Era industrialisasi mempengaruhi
kompleksitas sistem socsial masyarakat. Perkembangan media masa semakin pesat
ketika terjadi perubahan dramatis dalam teknologi komunikasi. Pesatnya kemajuan
sistem teknologi informasi, telah memberikan dampak negatif maupun positif
terhadap perubahan gelobal dan signifikan bagi pola hidup masyarakat.
Komunikasi masa merupakan komunikasi yang menggunakan media masa, baik cetak
maupun elektronik yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang melembagakan
dan ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim
dan heterogen. Laju perkembangan komunikasi masa begitu cepat dan memiliki
bobot nilai tersendiri pada setiap sisi kehidupan sosial budaya yang serat
dengan perubahan perilaku masyarakat. Budaya menjadi bagian dari prilaku
komunikasi dan pada gilirannya komunikasipun turut menentukan, memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya. “budaya adalah komunikasi” dan
“komunikasi adalah budaya”.
` Berkat kemajuan teknologi komunikasi,
peradaban manusia kini sampai pada tahap yang memungkinkan mereka berinteraksi
dengan berbagai budaya lain. Sebagian interaksi budaya itu bersifat tatap muka,
sebagian lagi lewat media masa, sebagian interaksi bersifat selintas (berjangka
pendek), sebagian lagi berjangka panjang atau permanen.
Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai budaya secara logis akan
mengalami berbagai permasalahan, persentuhan antar budaya akan selalu terjadi
karena permasalahan silang budaya selalu terkait erat dengan curtural
materialisme yang mencermati budaya dari pola pikir dan tindakan dari kelompok
sosial tertentu dimana pola temperamen ini banyak ditentukan oleh faktor
keturunan (genetic), ketubuhan dan hubungan sosial tertentu.
Masyarakat indonesia dan kompleks kebudayaannya masing-masing
plural (jamak) dan heterogen (aneka ragam). Pluralitas sebagai kontradiksi dari
singularitas mengindikasikan adanya suatu situasi yang terdiri dari kejamakan,
yaitu dijumpainya berbagai sub kelompok masyarakat yang tidak bisa di satu
kelompokkan satu dengan yang lainnya, demikian pula dengan kebudayaan mereka,
sementara heterogenitas merupakan kontraposisi dari homogenitas mengindikasi
suatu kualitas dari keadaan yang menyimpan ketidak samaan dalam unsur-unsurnya.
Adapun dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman
kebudayaan kerap kali menemui masalah atau hambatan-hambatan yang tidak
diharapkan sebelumnya. Misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang,
nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Padahal syarat untuk
terjalinya hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran
informasi atau makna antara satu dengan lainnya. Komunikasi dan budaya
mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi
bagian dari perilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut
menentukan memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang
dikatakan Edward T. Hall bahwa komunikasi adalah budaya dan budaya adalah
komunikasi.
Berangkat dari pemaparan di atas, maka kami akan mencoba
menelusuri tentang: “Bagaimana pengaruh media massa terhadap komunikasi lintas
budaya dan komunikasi antar budaya ?”
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pendahuluan
Demikian juga perkembangan dampak
dan efek media menjadi sangat penting dalam kehidupan social budaya dan prilaku
dimasyarakat.
Pesatnya
kemajuan sistem teknologi informasi telah memberikan dampak negatif maupun
positif terhadap perubahan gelobal dan signifikan bagi pola hidup masyarakat,
termasuk didalmnya para generasi muda yang nota bane adalah tulanhg punggung
harapan bangsa, dengan berbagai imajinasi dan daya kreatifitasnya telah mampu
mnciptakan serta menikmati hasil dari kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi.
Kontelasi
kompleksitas item sosial budaya masyarakat mempengaruhi sistem budaya informasi
dan komunikasi yang semakin harus bisa mengikuti perkembangan dinamika
masyarakat. Dengan kecepatan industrialisai mesin cetak, informasi, rekaman dan
proses komunikasi semakin menjadui kebutujhan masyarakat. Ini menandai juga
perkembangan media masa sebagai salah satu bagian dalam suatu proses komunikasi
masa menjadi satu hal yang penting.
Dapat
dikatan bahawa modernisasi industry media, masyarakat berikut sistem social
yang terbentuk didalamnya juga menjadi bagian integra dalam perkembangan
komunikasi masa. Dengan kata lain, pemahaman manusia mengenai komunikasi masa,
tidak lagi diletakan pada perspektif tunggal, dalam artian bahwa media
komunikasi masa tidak dilihat sebagai suatu entitas mandiri, melainkan suatu
industry yang didalamnya terdapat totalitas yang saluing berinteraksi dinamis
antara pelaku media, masyarakat dan Negara. Media komunikasi masa telah
memainkan peran yang cukup besar dalam perubahan budaya dan pwerilaku
masyarakat Indonesia pada umumnya.
Laju
perkembangn informasi saat ini telah banyak memberikan informasi bagi semua
kalangan yang membutuhkan maupuin yang
tidak. Maka tak salah bila dikatakn bahwa tata nilai social dan nilai budaya
kiuta berubah seirinbg dengan derasnya laju informasi yang melanda kita.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat, menurut Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan dalam kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri.
2. Pembahasan
2.1. Konmunikasi dan komunikasi masa
Sebagaimana
kita ketahui, bahwa komunikasi adalah ketrrampilan paling penting dalam hidup,
kata komunikasi berasal dari kata latin “communis” yang memiliki arti sama.
Komunikasi mensyaratkan bahwa satu pikiran, sehingga komunikasi dapat
didefinisikan sebagai mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan anatar manusia dan yang
memperkembangkan berbagai lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana penyiaran
dalam ruang dan merekamnya dalam waktu (Charles cooley, 1909).
Pengertian
lain dari komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari
komunikator kekomunikan agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya.
Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua oihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduannya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan
bahasa nonverbal atau bahasa isyarat.
Sedangkan
dalam pengertian komunikasis massa merupakan komunikasi yang menggunakan media
massa, baik cetak maupun elektronik yang di kelolah oleh suatu lembaga atau
orang yang melembagakan dan di tujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar di banyak tempat, anomin dan heterogen (dedy mulyana, 2000). Maksud
dari pengertian tersebut, salah satu jenis dari bentuk komunikasi yang di
tujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, bermacam-macam dan tanpa nama
melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat bisa di
terima secara serentak dan sesaat.
2.2. Ciri-ciri Utama Komunikasi Massa
Ciri utama komunikasi massa terletak
pada beberapa hal sebagai berikut:
1. Komunikator Terlembaga
Ciri ini adalah komunikator
(penyampai pesan), dalam komunikasi massa komunikator bukanlah personal. Namun,
lembaga yang menyampaikan pesan tersebut. Lembaga penyampai pesan komunikasi
massa ini adalah media massa itu sendiri, seperti televisi, surat kabar dan
radio. Semua media itu bekerja terlembaga. Misalnya, sebuah program tayangan
televisi seperti Sergap di RCTI maka terjadinya proses kerja lembaga dalam
proses penyajian program tersebut kepda masyarakat. Program itu berawal dari
rancangan liputan yang di lakukan oleh wartawan, kemudia wartawan mengirimkan
atau menyetorkan hasil liputannya kepada redaktur media tersebut. Redaktur akan
mengedit kembali gambar dan tata bahasa yang di gunakan wartawannya. Setelah
semuanya berlangsung sesuai prosedur, berita tersebut akan di serahkan ke
bagian teknisi untuk di tampilkan ke layar televisi. Skrip berita itu tentunya
akan di berikan kepada pembaca berita (presenter). Seluruh proses itu bukan di
lakukan secara personal, namun di lakukan oleh tim atau banyak orang. Sehingga
di sebutlah komunikator dalam komunikasi massa terlembaga.
2. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa bersifat terbuka.
Hal ini di karenakan, komunikan tersebar di berbegai tempat. Selain itu, pesan
bersifat umum maksudnya adalah pesan-pesan yang di sampaikan oleh komunikator
di tujukan oleh masyarakat luas atau masyarakat umum. Tidak ada klasifikasi pesan,
misalnya di khususkan untuk masyarakat di Pulau Jawa dan lain sebagainya.
Meskipun demikian, pesan yang di sampaikan melalui komunikasi massa harus
melalui tahap seleksi terlebih dahulu. Pesan itu sendiri dapat berupa
peristiwa, fakta dan opini. Namun, tidak semua pesan dapat di tayangkan atau di
tampilkan melalui komunikasi massa. Tolak ukur pesan dalam komunikasi massa
adalah adanya nilai (value) penting dan menarik di dalamnya. Bagi jurnalis atau
wartawan ini di sebut sebagai nilai-nilai berita. Nilai penting dan menarik itu
sendiri sangat relatif. Semua itu tergantung bagaimana peristiwa, opini dan
fakta tersebut penting di ketahui oleh masyarakat. Sehingga masyarakt tertarik
untuk menonton tayangan tersebut. Pada akhirnya, masyarakat tidak akan meninggalkan
saluran media komunikasi massa tersebut dan berpindah ke saluran (channel)
lainnya.
3. Komunikan Heterogen
Komunikan atau penerima informasi
dalam komunikasi massa bersifat heterogen. Hal ini di karenakan, komunikasi
massa menyampaikan pesan secara umum pada seluruh masyarakat, tanpa membedakan
suku, ras dan usia. Masyarakat yang menerima pesan ini beragam karakter
psikologi, usia, tempat tinggal, adat budaya, strata sosial dan agamanya.
4. Media Massa bersifat Keserempakan
Komunikasi massa bersifat
keserempakan. Dalam hal ini, keserempakan yang di maksud adalah tayangan atau
program siaran di sampaikan secara serempak. Misalnya, sinetron Bawang Merah
dan Bawang Putih di RCTI di terima secara serempak oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
5.
Pesan yang di sampaikan satu
arah
Dalam komunikasi massa pesan yang di
sampaikan oleh komunikator bersifat satu arah. Tidak terjadi interaksi antara
komunikator dan komunikan dalam sebuah program siaran. Dewasa ini, sifat satu
arah ini lebih dominan dari pada sifat interaksi. Meskipun, pada program
khusus, kemungkinan interaksi masih terbuka bebas. Misalnya, program Talk Show,
bedah editorial Media Indonesia di Metro TV dan lain sebagainya.
6. Umpan Balik Tertunda (Delayed feed back)
Umpan balik merupakan wujud respon
komunikan dari pesan yang di sampaikan oleh komunikator. Umpan balik dalam
komunikasi massa bersifat tertunda, dalam arti umpan balik yang di sampaikan
oleh komunikan tidak langsung di terima oleh komunikator. Misalnya, sebuah
tayangan kekerasan di siarkan oleh salah satu stasiun televisi di Indonesia.
Dalam psikologi di sebutkan, respon yang di terima masyarakat terdiri dari
mendukung atau menolak tayangan tersebut. Pro dan kontra ini tidak dapat di
sampaikan secara langsung saat program tayangan kekerasan tersebut sedang di
siarkan. Butuh waktu untuk menyampaikan pesan. Penyampaian pesan ini dapat
berupa kritik terhadap tayangan tersebut melalui surat pembaca di media massa
dan lain sebagainya.
2.3. Komunikasi
Massa Sebagai Faktor Perubahan Budaya
Bila
kita renungkan bersama, bahwa ternyata media komunikasi massa, baik cetak
maupun
elektronik telah merubah budaya masyarakat dari tradisional ke budaya modern.
Tapi yang jadi pertanyaan disini, seberapa jauh peran komunikasi massa dapat
merubah budaya yang telah lama tertanam di masyarakat, dan mengapa bisa terjadi
demikian?
Laju perkembangan komunikasi massa
begitu cepat dan memiliki bobot tersendiri pada setiap sisis kehidupan
social-budaya yang serat dengan perubahan perilaku masyarakat. Komunikasi massa
memiliki fungsi yang berbeda-beda, setidaknya komunikasi massa berfungsi
mengisyaratkan untuk membangun konsep diri, pengaktualisasian diri, untak
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagian, menghindari dari tekanan dan
ketegangan antara lain melalui media-media yang menghibur.
Saat melakukan komunikasi lintas budaya,
kemungkinan besar akan terjadi hambatan lintas budaya, yang di sebabkan oleh
semantic, konotasi kata, perbedaan nada dan perbedaan persepsi. Di samping itu,
terdapat pula kontek budaya yang dapat di capai dengan mempertimbangkan
konsep-konsep tentang konteks budaya tinggi (high context), yakni budaya yang
sangat mengandalkan isyarat situasional yang halus dan non verbal dalm
berkomunikasi, serta budaya konteks rendah (low context) yang sangat
mengandalkan kata penyampaian makna dalam (Stephen R. Robin, 2001).
Era industraliasisasi mempengaruhi kompleksitas
system social masyarakat. Setidaknya terjadi proses mekanisme dan massifikasi
factor produksi, distribusi dan konsumsi masyarakat. Ini berarti terjadi
akselerasi kompleksitas budaya masyarakat yang ada. Komunitas masyarakat yang
tidak lagi di lihat dalam satu proses kebudayaan yang sederhana melainkan
komunitas masyarakat dilihat sebagai sitem budaya yang mempunyai tingkat budaya
yang lebih kompleks.
Dalam bentuknya yang mulai modern, teori
masyarakat dan fungsi media massa dalam persepektif empiric kritis melihat
secara optimis persepsi yang berkembang dalam masyarakat atas perkembangan
media massa. Artinya, bahwa masyarakat ternyata juga mempunyai kemampuan untuk
mengontrol media massa berikut dampak-dampaknya.
Dari pemahaman seperti itu, terlihat bahwa
media massa berperan untuk membentuk keragaman budaya yang dihasilkan sebagai
salah satu pengaruh media terhadap system nilai piker dan tindakan manusia.
Pada tititk tertentu, masyarakat massa mengembangkan system budaya massa. Dalam
konteks yang hamper sama, terlihat dua ragam budaya massa yang dihasilkan oleh
masyarakat. Di satu pihak, budaya dalam konteks masyarakat massa dengan di
dukung oleh media massa dilihat sebagai entitas cair dan mampu menghegemoni
sebuah masyarakat (terlihat bagaimana media mampu membentuk selera masyarakat
atau membentuk cara pandang tertentu terhadap sebuah realitas, dll). Tapi di
lain pihak, budaya dalam konteks masyarakat harus dilihat sebagai entitas yang
juga turut membentuk media massa.
Pada fungsi komunikasi cultural, budaya menjadi
bagian dari perilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut
menetukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. “Budaya adalah
komunikasi” dan “komunikasi adalah budaya” (Edward T. Hall), keduanya mempunyai
hubungan timbak balik. Media komunikasi massa dalam perubahan budaya juga
berfungsi dalam menyampaikan pesan-pesan ritual yang biasanya dilakukan secara
kolektif. Seperti menyiarkan atau memberitahukan perayaan hari besar agama,
upacara-upacara ritual, upacara perkawinan yang sering bersifat ekspresif,
yakni menyatakan perasaan terdalam seseorang.
Selain itu, fungsi komunikasi massa juga
mengandung muatan persuasive, dalam artian bahwa pembicara menginginkan
pendengan untuk mempercayai fakta dan informasi yang di sampaikan akurat dan
layak untuk di ketahui, terkadang yang mendidik bisa menghibur dan yang
menghibur bisa mendidik sekaligus menerangkan dan secara halus bersifat
membujuk. Ternyata banyak fungsi dari media komunikasi massa yang akhirnya
dapat di kembangkan dari hasil pengamatan atas peristiwa-peristiwa yang terjadi
di sekitar kita.
Media massa juga mempunyai peranan penting
dalam membentuk moral bangsa, diantaranya pembentukan jati diri generasi bangsa
dan mengubah struktur sosial msyarakat yang mendapat dukungan dari nilai-nilai
dan norma-norma kebudayaan. Nilai atau norma tersebut menjadi unsure-unsur
kepribadian para anggota masyarakat, yang dinamakan “supe ego” seseorang.
Misalnya saja, dengan adanya akulturasi akan mendorong masyarakat ungtuk
beradaptasi dan mensosialisasikan diri untuk menghadapi perubahan tersebut.
Manusia, tidak akan lepas dari yang
namanya “Komunikasi”. Terlebih komunikasi melalui media massa yang dalam setiap
penyampaian atau penyiarannya memuat pesan-pesan penting dan merupakan suatu
pengetahuan, hiburan atau hanya selingan sesaat pada setiap kesibukan.
Diharapkan, media komunikasi massa tidak hanya
menyampaikan dan mengambil keuntungan komersial saja dari hasil tersebut bila
banyak komunikan yang menyimaknya, tetapi harus mampu menyampaikan pesan
moralyang mendidik generasi bangsa, serta berpartisipasi dalam proses
pendewasaan pemikiran dan sikap bangsa Indonesia pada khususnya. Mulalui media
massa, banyak generasi muda yang memilih gaya hidup (life style) yang
kebarat-baratan, seperti cara berpakaian, menikmati hiburan dengan tarian dan
alunan music disco, serta kebiasaan-kebiasaan berbicara dengan yang lebih tua.
2.4.
Efek Komunikasi Massa Terhadap Perubahan Perilaku Masyarakat
“Hidup tanpa perubahan berarti mati,
dan perubahan tanpa kemajuan berarti sia-sia”. Dari statement tersebut dapat
direnungkan bahwa efek yang di timbulkan dari berbagai macam media komunikasi
massa telah banyak mengubah kehidupan kita. Kehidupan yang berkembang menuju
pada kemudahan dan kemajuan, ataukah menuju arah kesukaran atau kemunduran. Itu
semua tergantung pada subyek terlaksana.
Diakui atau tidak, proses materi dan
bentuk dari komunikasi massa telah banyak menimbulkan pergeseran nilai serta
mengubah dan mempengaruhi pola pikir dan perilaku hidup kita. Misalnya saja
jadwal penyayangan infotaiment dan sinetron televisi di sore hari, yang
seharusnya penonton sibuk untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, tetapi waktu
yang tersisa untuk menikmati acara tersebut. Dari contoh kecil tersebut,
terbukti bahwa media massa dan elektronika khususnya, telah mengubah perilaku
hidup kita, yang sebelumya telah menjadi kebiasaan/rutinitas.
Sehingga proses penyampainan pesan
atau informasi dari media komunikasi massa diharapkan harus sesuai sasaran,
bila proses penyampaian tersebut hanya mementingkan aspek komersial saja, saya
yakin tidak akan terjadi perubahan menuju kemajuan, tetapi sebaliknya hanya
berakibat pada kemunduran, khususnya kemunduran moral bangsa.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Dari pemaparan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa, komunikasi merupakan suatu tindakan (act) yang selalu
dilakukan dan sangat penting untuk menyelaraskan pemikiran, makna dan pesan
yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Dapat dikatakan pula, komunikasi
sebagai transfer atau proses pemindahan ide, pesan dan informasi dari
komunikator kepada komunikan baik secara langsung maupun menggunakan perantara.
Perantara yang dimaksud disini adalah media, maka muncul istilah media
komunikasi massa, yang terdiri dari media cetak dan media elektronik.
Dalam perkembangannya, komunikasi
massa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan budaya dan perilaku
baik pola pikir maupun pola hidup masyarakat yang terangkum suatu perilaku.
Media komunikasi massa mempunyai
peranan penting dalam membentuk jati diri bangsa, disamping itu pula, memiliki
peran yang dapat mengubah budaya di masyarakat sehingga nilai serta norma-norma
terkadang melenceng dari aturan yang telah lama melekat dan akhirnya menjadi
pandangan hidup bangsa.
BAB IV
Daftar Pustaka
Boyd-Barret,
Oliver and Chris Newblod (eds), 1995, Aprroches
to Media: A Reader, St Martin’s Press Inc: New York dalam artikel karangan
Harold. D. Wilensky, Mass Society and
Mass Culture: interdependence or Independence ?
Deddy
Mulyana dan Jalaluddin Rahmat. 1989. “komunikasi
antar budaya” Remaja Rosdakarya. Bandung.
Lusiana
Andriani Lubis. 2002. “Penerapan Komunikasi
Lintas Budaya Di Antara Perbedaan Kebudayaan”. USUDigital Library.